Sumber gambar: https://opusdei.org/en/article/mary-mother-of-the-church/

Maria adalah seorang misionaris. Ia membawa serta Yesus dalam kandungannya, pergi menjumpai Elisabet. Kisah perjumpaan Maria dan Elisabet tersebut diwarnai dengan kidung indah Maria, suatu nyanyian pujian pada Allah. Magnificat itu lahir dari pancaran sukacita perjumpaan, suatu ungkapan kehidupan mistik Maria:  

Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,  

sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.

Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 

karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.

Dan rahmat-Nya turun-temurun  atas orang yang takut akan Dia.  

Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 

Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 

Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;

Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.

Magnificat Maria mengungkapkan inti doa yang sesungguhnya yakni memuliakan dan memuji Allah. Fokus magnificat adalah Tuhan, Allah yang Mahakuasa, yang melakukan hal-hal besar di antara kita; Allah yang nama-Nya adalah kudus. Nyanyian pujian Maria juga menjadi tanda, nubuat pada pewartaan dan pelayanan Yesus, Anak yang di dalam kandungannya. William Barclay dalam komentarnya atas Injil Lukas (Introduction to Luke, p.11-12) mengatakan bahwa magnificat mengandung seruan yang revolusioner. Revolusi yang datang dari Allah sendiri.

Pertama, revolusi moral. Itu dikatakan dalam ayat ini, “Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya.” Allah merendahkan orang yang congkak hatinya. Kekristenan adalah tentang mematikan keangkuhan; menghilangkan kesombongan. Sebab, bila orang mau berada bersama Kristus, ia harus menanggalkan kesombongan. Barclay melihat bahwa manusia, mulai berubah ketika memiliki banyak rencana. Rencana itu turut mempengaruhi hidup dan bahkan dapat menjatuhkan manusia. Tidak demikian dengan rencana Allah. Rencana Allah akan mengubahnya, dinyatakan dalam penglihatan atau suara di dalam jiwa; rencana Allah menghasilkan revolusi dalam hidup kita. Kita dapat berubah karena apa yang telah kita lihat dan telah kita dengar.

Kedua, revolusi sosial terungkap dalam baris ini,”Ia menurunkan orang yang berkuasa dari tahtanya dan mengangkat yang hina dina.” Kekristenan adalah tentang melepaskan label-label duniawi. Maria mengangkat dalam madahnya, hal yang tidak dilihat atau dipandang dunia. Yang rendah dalam pandangan dunia sesungguhnya yang berkuasa, karena mereka merepresentasikan kepenuhan Kerajaan Allah. Dalam Sabda Bahagia, Yesus katakan, “berbahagialah orang yang miskin hatinya, karena merekalah empunya kerajaan Surga (Mat.5:3). Yesus tidak katakan, mereka akan tinggal di dalam Kerajaan Surga, tetapi mereka adalah empunya Kerajaan Surga. Itulah janji yang sekarang, aktual  bagi mereka. Di mana ada kemiskinan roh, kerajaan sesunggunya terjadi. Hal itu berbeda dengan apa yang terjadi pada realitas dunia. Kerajaan dunia terbentuk ketika ada kekuasaan, bukan kerendahan dan kesederhanaan. Dalam pandangan Maria, yang lemah dalam pengertian manusia, namun penuh kuasa dalam hal spiritual, merupakan bagian di dalam kerajaan itu sendiri.

Ketiga Revolusi ekonomi terletak dalam ungkapan ketika Maria mengatakan: ”Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa” (Luk.1:53). Kerajaan yang diwartakan Yesus serta keberadaan para muridNya menjadi model pembagian, distribusi kekayaan, harta benda kepada yang miskin. Memeluk kemiskinan merupakan jalan menuju kerajaanNya. Kepada orang muda yang kaya Yesus katakan, “Jika engkau hendak menjadi sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”(Mat.19:21). Orang yang tidak dijiwai oleh Kristus adalah orang yang menyetujui untuk bergerak keluar dan mengumpulkan sebanyak yang dia bisa dapatkan; masyarakat konsumtif. Kekristenan adalah mengenai keberanian untuk tidak memiliki terlalu banyak ketika berhadapan dengan kenyataan bahwa ada orang lain yang berkekurangan atau sama sekali tidak memiliki apapun. Santo Fransiskus Assisi adalah personifikasi dari kemiskinan Injili tersebut. Ia adalah orang muda dan telah menjadi kaya, yang kemudian mengetahui, mengerti bahwa “lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat.19:24).

Hidup Maria seperti halnya hidup Sang Putra merupakan suatu perwujudan dari nyanyian pujiannya. Maria masuk dalam misteri hidup Kristus. Ia berpartisipasi secara intens dalam misteri yang ia bagikan. Maria masuk dalam intimasi relasi dengan Allah. Ia masuk dalam  misteri kematian dan kebangkitan Putranya. Ia berdiri di kaki salib, mengalami peristiwa sekitar kebangkitan Puteranya, dan kemudian bersama jiwa dan badannya Maria masuk dalam misteri kenaikan Yesus ke surga. Nyanyian Maria adalah nyanyian mistik, sekaligus kidung revolusi rohani.

Sdr. Martin Kowe OFM

 

Tinggalkan Komentar