Kata mistik berakar pada kata misteri untuk menunjukkan suatu yang rahasia, tersembunyi, sesuatu yang melampaui pemahaman atau pengertian manusia. Mistikus adalah orang yang mengalami atau memiliki pengalaman yang melampaui pemahaman atau pengalaman yang biasa dialami manusia pada umumnya. Dalam tradisi agama-agama, mistikus diartikan sebagai orang yang menerima karunia khusus, rahmat istimewa yang dianugerahkan dalam pengalaman kontemplasi akan Allah. Kontemplasi adalah suatu cara berdoa dengan memandang Allah secara langsung sebagaimana para mistikus atau juga secara tidak langsung yang pada umumnya pengalaman akan Allah itu dijumpai di dalam karya dan segala pekerjaanNya. Singkat kata, mistikus kerap dimengerti sebagai orang yang mengalami suatu pengalaman yang luar biasa, suatu pengalaman intim dengan Allah.
Bila mistik diartikan demikian, dapatlah dikatakan bahwa Maria adalah model dan contoh dari kehidupan mistik itu sendiri. Hal itu tampak ketika Maria mengandung, membawa Allah dalam rahimnya dan melahirkanNya. Peristiwa hidup Maria mengungkapkan kehidupan mistik yang mendalam sejak mengandung dari Roh Kudus, masa kehamilan sampai pada peristiwa kelahiran Kristus. Dari pengalaman Maria tersebut, dapat diketahui bahwa Allah masuk, bekerja, dan merasuki hidup manusia terutama pada saat ketika manusia tidak mengharapkannya terjadi; dan saat itulah manusia menerima anugerah tersebut. Kehendak Allah tetap akan terjadi bahkan ketika kita berusaha mengikuti kehendak kita sendiri.
Bisa kita bayangkan pribadi dan pengalaman Maria. Ia seorang wanita muda, sedang berdoa atau sedang melakukan pekerjaannya, duduk dekat jendela rumahnya, dan melihat orang-orang lewat di jalanan. Tiba-tiba ada angin ribut atau suatu kilapan kilat menerpanya. Kemudian datanglah malaikat menyapanya, “Salam hai engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau.” (Luk.1:28). Tuhan menyertai engkau. Apakah artinya? Malaikat Gabriel, yang mengetahui pikiran Maria pun melanjutkan, “Jangan takut, hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” (Luk1:30-31). Dalam keterkejutannya, Maria bertanya, “bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu:”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk.1:34-35).
Pengalaman para mistikus kerap kali mirip dengan apa yang dialami Maria. Mistikus umumnya merasa heran dan terkejut atas apa yang terjadi atas diri mereka. Mereka terkejut khususnya ketika Roh Kudus menggerakkan mereka untuk mengimani apa yang sepertinya mustahil bagi mereka. Mereka heran atas inisiatif, kehendak Allah yang masuk dalam kehidupan mereka. Tentu, para mistikus dapat saja meragukan ataupun menolak tawaran, inisiatif Allah. Yang menarik dari kemuliaan hati Maria adalah bahwa ia tidak menolak tawaran Allah. Maria menjawab “Iya” pada warta Malaekat Gabriel. Maria menerima tawaran Allah. Maria menyatakan kesanggupan hati menerima dan melaksanakan kehendak Allah dengan menjawab malaikat: ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk.1:38). Demikian pula para mistikus. Mereka adalah orang-orang yang mengatakan ‘Ya’ pada Allah. Jawaban itu serentak juga mengandung arti perutusan ke tengah dunia, sama seperti Bapa yang mengutus Putera untuk mewartakan dan membangun kerajaan Allah.
Momen perutusan, misi Maria antara lain tampak dalam peristiwa kunjungan dan perjumpaan dengan sepupunya Elizabet yang saat itu sedang mengandung dalam bulan yang keenam. Maria membawa di dalam rahimnya seorang Putera Allah. Ia memberitahukan keberadaan Allah dalam dirinya dan mewartakan kehadiran Allah kepada Elisabet. Kunjungan, perjumpaan dan perhatian Maria kepada Elisabet menjadi juga kesempatan penyataan kemuliaan Allah. Sebab, ketika Maria masuk ke dalam rumah Elisabet, anak yang di dalam kandungan Elisabet melonjak kegirangan dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus. Dalam kepenuhan roh, Elisabet berseru dengan suara nyaring:”diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu….dan berbahagialah ia, yang telah percaya sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana” (Luk.1:42-45). Di situ, keputusan Maria dan warta malaikat ditegaskan. Penegasan tersebut tidak terjadi ketika Maria berkontemplasi, tetapi ketika Maria bertindak, berbuat kasih mengunjungi saudarinya. Kebenaran visi mistikus dan intimasi dengan Allah dibuktikan di dalam tindakan kasih dalam hidupnya.
Sdr. Martin Kowe OFM
Tinggalkan Komentar