Diri Kita Pesan yang Hidup

Dili, OFM – Salah satu agenda dalam roadmap para Saudara Gardianat Rivotorto, Dili pada bulan Januari dan Februari 2024 adalah mengadakan pelatihan public speaking untuk para Saudara, terutama Saudara-saudara Muda. Ketika rencana ini dikomunikasikan dengan Ibu Maria Sonbay (biasa dipanggil Mami Maria), ia dengan antusias menyambutnya dan bersedia menjadi sponsor untuk hajat ini. Alhasil, pada Kamis (29/02) diselenggarakanlah seminar public speaking di Pusat Budaya Indonesia di Dili, Timor Leste. Para penderma yang mensponsori acara ini adalah PT. Bintang Fajar, milik Bapak Karlos dan Ibu Maria Sonbay; Ronald Kitchen, Bapak Ronald Un; dan Kelompok FFG (Freedom Faithnet Global) yang diwakili oleh Ibu Maria Sonbay dan Ibu Alexandrina (Tia Nina).

Kesempatan Penuh Rahmat

Para Saudara di Fundasi St. António de Lisboa, Timor Leste menutup bulan Februari 2024 dengan sebuah acara yang sangat menarik, yaitu seminar public speaking. Seminar public speaking dibawakan oleh Bapak Kombes Pol. Don G. Mikael da Costa, S.H., Dipl. Tr atase Polri Imigrasi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Timor Leste. Acara yang diadakan di Gedung Pusat Budaya Indonesia ini berlangsung selama tiga setengah jam (16.00-19.30 waktu Timor Leste) dan berjalan sangat baik.

Acara dibuka oleh oleh atase pendidikan dan budaya KBRI di Timor Leste, Prof. Dr. Ikhfan Haris. Dalam kata pembukanya, ia menyambut para peserta dan semua pihak yang mengadakan seminar public speaking. Selain itu, ia menyampaikan beberapa hal mengenai eksistensi dan tujuan keberadaan atase pendidikan dan kebudyaan di Timor Leste. Keberadaan atase pendidikan dan kebudayaan di Timor Leste adalah untuk membantu orang-orang muda Timor Leste dalam beberapa hal, seperti memberi beasiswa bagi orang muda yang hendak meraih pendidikan strata satu dan master; memfasilitasi beberapa kursus seni, seperti bahasa Indonesia, seni tari, seni lukis, dan Canva. Ia juga mengungkapkan bahwa Gedung Pusat Budaya Indonesia juga menyediakan fasilitas-fasilitas seperti bisokop, perpustakaan, dan semacam museum mini yang bisa dikunjungi oleh semua pengunjung Gedung Pusat Budaya Indonesia.

Para Saudara berdinamika bersama dalam kegiatan seminar.

Diri dan Visi dalam Public Speaking

Ada dua hal yang disampaiakan di awal seminar. Pertama, diri sebagai pesan yang hidup. Pak Don mengawali pembicaraannya dengan mengutip kata-kata bijak Mahatma Gandhi: “Diri kita adalah pesan yang hidup”. Tanpa berkata-kata, kehadiran seseorang memberikan pesan pada sesamanya. Pesan-pesan itu dapat terbaca dari gestur, mimik, laku dan gerak setiap orang. Intinya, diri seseorang adalah pesan bagi sesama atau membahasakan sesuatu kepada sesama. Dalam hal ini body language selalu memberi pesan pada orang lain.

Kedua, dalam public speaking, seseorang mempunyai “Visi Hidup”. Dalam berbicara seseorang mesti mempunyai visi hidup. Seseorang harus mengetahui dari mana ia berangkat dan ke mana arah pembicaraanya. Visi akan membantu pembicara atau pemateri untuk menyampaikan bahannya dengan lebih baik dan terarah. Visi membantu orang untuk mengakhiri sebuah pembicaraan dengan tepat dan menarik.

Menu of the Day

Tiga Menu of the Day yang dipaparkan dengan apik oleh Bapak Atase Polri KBRI-Dili adalah master, on stage, dan show time. Bagian Pertama, Master. Beberapa komponen penting dalam bagian ini adalah: menguasai topik; mapping yaitu personal mapping dan audience mapping; flow of mind yang mencakup pembuka, isi, dan penutup yang menarik dan berkesan; pesan yang disampaikan menjadi tanggung jawab pembicara maka perlunya mengetahui role/peran and responsibility/tanggung jawab dari seorang pembicara; delivery methods; dan yang terakhir imajinasi yang sukses.

Bagian kedua, adalah on stage yang mencakup act naturaly/be yourself alias tidak buat-buat dalam berbicara, tampil apa adanya; bahasa tubuh; beautiful mind-menciptakan kesan pada audience; berpikir kritis, yakni tidak sekedar berkata-kata, tetapi mesti mempunyai landasan, mempunyai referensi yang jelas; mengatur diri dalam hal yang dapat dan tidak dapat dikatakan (Dos and Don’ts); antusiasme; dan kekuatan kata.

Pada bagian ketiga, ia berbicara mengenai show time. Bagian ini mencakup beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh seorang pembicara, yakni: powerful opening atau pembukaan yang memukau; courage vs fear; calibrate and handle the audience; fun/anchoring; talk about the audience; total vocal; repeat and summarize; impressive closing.

Menjadi pembicara yang handal mesti melalui pelatihan terus-menerus. Maka dari itu, belejar dan terus belajar menjadi kunci bagi setiap pembicara. Saudara Muda adalah para pembicara masa depan yang mesti terus melatih diri untuk berbicara dengan baik di depan umum. Para Saudara menjadi pembicara yang mempunyai visi, dapat menyampaikan pesan-pesan yang dengan mudah diterima oleh para pendengar, dan pembicara yang juga bertanggungjawab atas setiap kata yang terucap. Inilah harapan-harapan dari Pak Don dan para sponsor acara seminar public speaking ini.

Sdr. Nicolau Jose bersama Bapak Kombes Pol. Don G. Mikael da Costa.

Dalam kata-kata penutup, Sdr. Nicolau Jose, OFM, Presiden Fundasi Timor Leste, menyampaikan bahwa materi yang disampaikan oleh Pak Don menjadi titik awal bagi para Saudara Dina untuk belajar menjadi transmisi pesan Kristus yang baik bagi umat Allah. “Public speaking juga penting juga bagi para Saudara yang berkarya di rumah pendidikan dan sekolah-sekolah,” lanjutnya. Acara diakhiri dengan ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas kesediaan Pak Don memberikan materi bagi para Saudara Dina; kepada para sponsor – bintang Fajar; FFG dan Ronald Kitchen yang telah menyediakan segala hal untuk keberlangsungan acara. Setelah itu, diadakan sesi foto bersama dan makan malam bersama. Seusai makan malam, para Saudara kembali ke komunitas.***

Kontributor: Frei Marciano A. Soares, OFM

Tinggalkan Komentar