12-17 Juli 2021, Saudara Muda (Tingkat II dan III) Jakarta mengikuti kursus dengan tema, “Narasi Storytelling”. Ibu Hermien Y. Kleden, selaku narasumber kursus ini mengelaborasikan tema ini ke dalam tiga sub-tema yakni kelas penulisan, kelas tutur, dan working solo. Perlu diketahui bahwa Kak Hermien -begitu disapanya- adalah mantan Chief Editor/Pemimpin Redaksi Tempo dan English Weekly. Ia pernah bertugas sebagai Redaktur Eksekutif Majalah Tempo, Redaktur Pelaksana Koran Tempo, dan Dewan Eksekutif Tempo Media Group. Ia aktif mengajar di kelas-kelas media, antara lain, Tempo Institute dan The Jakarta Post Learning Center. Alumna Fakultas Sosial – Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini mendalami jurnalisme investigasi di beberapa negara ASEAN, Amerika Serikat, dan Eropa. Wilayah liputannya meliputi 33 negara, terutama di wilayah Eropa Timur dan Balkan. Sepuluh tahun terakhir, Kak Hermien aktif menjadi pembicara serta moderator seminar nasional maupun internasional untuk jurnalisme investigasi, dialog antar-keyakinan, reformasi intelijen, strategi efektif komunikasi daring, serta hubungan media dan geo-politik Indonesia.
Kursus yang berlangsung via Zoom itu dihadiri juga oleh dua pendamping, yakni Sdr. Andreas Atawolo dan Sdr. Iron Rupa. Para Saudara Muda begitu semangat mengikuti kursus. Pada hari pertama, Kak Hermien menjelaskan apa alasan diperlukannya kelas storytelling. Menurutnya, kelas storytelling diperlukan untuk memperkuat kapasitas penulisan setiap orang dan hal ini diterapkan di berbagai wilayah penulisan. Menulis dengan teknik storytelling dibangun setidaknya dari tiga anatomi dasar. Pertama, tulisan itu harus memiliki unsur nilai, tujuan, keyakinan, dan pesan. Kedua, narasi yang bernyawa. Ketiga, narasi yang membuka proses dan keberlanjutan di balik suatu hasil, seperti konteks, karakter dan koflik. Sementara itu, elemen waktu dan tempat hanya menjadi pelengkap yang niscaya dalam setiap tulisan atau laporan. Lebih lanjut, Kak Hermien mengatakan bahwa apabila seseorang hendak menghasilkan konten yang sedap, maka bahasa yang digunakan menentukan apakah suatu tulisan bernyawa. Dengan demikian, kalimat aktif harus diprioritaskan, diksi diperkuat, kalimat perlu kaya akan warna dan penggunaan fakta generik perlu dihindari.
Pada hari kedua, Kak Hermien menjelaskan kekuatan storytelling di era digital. Dalam memperkuat penuturan di era digital diperlukan beberapa komposisi dasar, yakni penuturan yang berfondasi pada manusia, ada bangunan ruang dan waktu, tonasi suara, dan bahasa yang digunakan dapat ditangkap beragam audiens. Selain itu, penutur perlu menyatu sekaligus berjarak dengan emosi audiens. Lebih lanjut, Kak Hermien menambahkan, agar audiens melek yang perlu dilakukan oleh penutur adalah membangkitkan rasa ingin tahu antar-babak cerita, menghadirkan tanda tanya dan rasa penasaran. Perlu diketahui bahwa kita semua adalah penutur cerita. Penutur cerita yang baik pantang menggurui, tetapi mengundang pendengar untuk terlibat.
Pada hari ketiga dan kempat, Kak Hermien memberi para saudara muda tugas untuk membuat sebuah tulisan singkat dengan menggunakan metode yang ia sampaikan sebelumnya. Kesempatan ini merupakan saat yang tepat bagi para Saudara Muda untuk berlatih membuat tulisan dengan metode storytelling.
Pada hari kelima, latihan storytelling dilaksanakan. Kak Hermien memberi kesempatan bagi para Saudara Muda untuk memilih topiknya masing-masing dalam melakukan storytelling. Kegiatan sharing diawali oleh Kak Hermien. Dalam sharing-nya, ia mengatakan bahwa Kitab Suci adalah perkenalan awalnya dengan narasi. Baginya, Kitab Suci bukan hanya buku pegangan iman, tetapi satu-satunya bacaan “hiburan”. Dia begitu terkesima dengan cerita-cerita dalam Kitab Suci terutama cerita-cerita dalam Perjanjian Lama.
Pada hari keenam, Kak Hermien memberikan penilaian atas tulisan dan praktik storytelling kami. Ia memberi masukan terhadap tulisan kami, baik kekurangan dan kelebihannya. Secara keseluruhan, Kak Hermien mengapresiasi tulisan kami. Beliau mengatakan, “Meskipun perjumpaan kita baru beberapa hari tetapi kalian begitu bagus dalam menulis.” Lebih lanjut, dia mengatakan, ”Kalau kalian melamar di Tempo, kalian bisa lolos sampai tahap ketiga.” Dalam latihan storytelling, Kak Hermien tak henti-hentinya mengapresiasi teknik penuturan para Saudara Muda. Dia mengatakan bahwa para Saudara Muda sudah memiliki kemampuan dalam bercerita. Kemampuan tersebut hanya perlu dipoles sedikit sehingga para saudara muda dapat menjadi seorang penutur yang baik di masa depan.
Fanndry Narong, OFM
Tinggalkan Komentar