Psikologi Spiritual dalam Terang Fransiskan

Jakarta, OFM — Pada Sabtu dan Minggu (8-9/03/2025), para Saudara Muda di Jakarta mengadakan rekoleksi bulanan bertemakan ‘psikologi spiritual’ di Aula SMK Fransiskus Kampung Ambon. Berbeda dengan rekoleksi sebelumnya yang selalu dipandu oleh para Imam atau Bruder, rekoleksi kali ini dipandu oleh Sr. Pricila, FSGM. Sebagaimana sebelumnya, rekoleksi dibagi ke dalam dua sesi utama.

Sesi pertama berlangsung pada Sabtu malam, dimulai pukul 20.00 WIB. Dalam pembukaannya, Sr. Pricila membagikan permen Kiss yang bertuliskan kata-kata interaksi (love messages) kepada setiap saudara. Para saudara diminta membagikan pengalaman pribadi yang berkaitan dengan pesan yang mereka dapatkan dalam permen tersebut. Melalui metode sederhana namun reflektif ini, beliau mengajak semua saudara untuk menyadari perasaan, emosi, dan makna spiritual dalam hidup sehari-hari. Bermodalkan love messages, mengalir berbagai cerita para Saudara Muda perihal pengalaman batin tentang relasi dengan Allah dan sesama.

Pada Minggu pagi, sesi kedua dimulai pukul 8.00 WIB dengan permenungan lebih mendalam mengenai martabat manusia dalam spiritualitas Fransiskan. Sr. Pricila mengangkat Petuah V dari St. Fransiskus Assisi sebagai landasan refleksi: “Setiap manusia adalah berharga, karena hanya manusia yang diciptakan sesuai gambar Allah…” (Pth. V.) Melalui kalimat ini, Sr. Pricila mengajak para saudara untuk merenungkan makna dan martabat manusia dalam spiritualitas Fransiskan.

Para Saudara Muda sedang menyimak pemaparan materi yang disampaikan oleh Sr. Pricilla FSGM.

Beliau menegaskan bahwa dalam kacamata St. Fransiskus Assisi, setiap manusia memiliki harga yang tak ternilai, bukan karena status atau prestasi, tetapi karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Oleh sebab itu, semua manusia harus memandang sesamanya sebagai anugerah. Manusia juga harus tetap bersandar pada Allah yang adalah model keberadaan manusia. Kesempatan ini dilanjutkan dengan sesi sharing, dengan pertanyaan penuntun: “Apakah aku sudah menjadi manusia fransiskan? Dan apa tantangan dan kesulitan menjadi seorang Fransiskan?” Setiap saudara masuk dalam beberapa kelompok untuk merefleksikan secara bersama jawaban atas dua pertanyaan tersebut.

Rekoleksi mencapai puncaknya dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Sdr. Andre Atawolo, OFM. Pada bagian homili, perwakilan masing-masing kelompok sharing diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil refleksi mereka. Hampir setiap kelompok menegaskan bahwa meskipun secara yuridis mereka telah menjadi Fransiskan, secara spiritual mereka belum dapat dikatakan sebagai Fransiskan sejati. Menjadi Fransiskan yang sejati adalah proses terus-menerus — bina awal dan bina lanjut. Proses pembinaan itu berlangsung seumur hidup.

Para saudara juga mencermati tantangan menjadi Fransiskan saat ini yakni segala hal baru yang bermunculan, terutama teknologi dan perkembangannya. Menjadi Fransiskan berarti siap ditantang untuk terus berproses menghayati spiritualitas secara otentik dalam konteks dunia modern. Setelah perayaan Ekaristi, kegiatan rekoleksi diakhiri dengan makan siang bersama di gedung kantin SMK Fransiskus. Kebersamaan semakin erat terasa ketika diadakan olahraga bersama pada sore hari.

Sdr. Carlos Siga, OFM

Ed.: Sdr. Rio OFM

Tinggalkan Komentar