YOGYAKARTA, JATININGSIH – Dalam rangka menutup rangkaian kegiatan bulan Rosario pada Oktober ini, Komunitas Biara St. Bonaventura Yogyakarta (Bitora) kembali mengadakan ziarah. Ziarah kali ini tertuju pada wilayah sejuk nan indah di bagian Barat Yogyakarta, tepatnya di Gua Maria Sendang Jatiningsih, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Dengan rencana dan perlengkapan yang sudah mantap, para saudara pun melakukan perjalanan pada Sabtu, 30 Oktober 2021, tepat pukul 06:00 WIB.
Dalam perjalanan kali ini, para saudara kembali menggunakan sepeda sebagai moda transportasi. Layaknya pesepeda pada umumnya, perjalanan para saudara diiringi teriakan dan tawa kebersamaan. Bagi para postulan yang baru saja bergabung-, kegiatan ini merupakan hal yang baru dan sangat menarik. “Selain menyehatkan tubuh, dengan bersepeda, para saudara juga dapat menikmati setiap detik perjalanan pada setiap tempat,” celetuk sdr. Ronald, salah seorang postulan. Lama jarak perjalanan dari Bitora berkisar satu setengah jam dengan bersepeda, dan 30 menit dengan berkendaraan motor atau mobil.
Sial sungguh sial. Pada awal perjalanan ini, para saudara dihadapkan dengan hujan yang cukup deras, yang memaksa para saudara untuk sejenak berhenti dan berteduh. Semangat para saudara seakan tak bisa hilang, karena begitu hujan agak mereda, sepeda-sepeda langsung melesat cepat menuju Gua Jatiningsih.
Mencintai Alam Ciptaan
Bagi Para Saudara, ziarah kali ini terasa sangat berbeda dan menarik. Pertama, perjalanan ziarah ini diikuti juga oleh para postulan angkatan 2021-2022. Bagi mereka kegiatan ini merupakan pengalaman pertama. Kedua, selain berziarah dan mengadakan perayaan ekaristi bersama, kegiatan ziarah juga diisi dengan penanaman pohon-pohon buah, sebagai upaya menjaga dan mencintai alam semesta ala Fransiskus Assisi. Selanjutnya, pemeliharaan pohon-pohon yang ditanam itu dipercayakan kepada petugas taman Gua Maria Jatinigsih.
Ciri hidup Fransiskus Assisi yang sangat “Mencintai dan memelihara alam ciptaan” menjadi tema yang tidak kalah penting dalam ziarah kali ini. Dan hal tersebut terwujud dalam aksi penanaman pohon di Gua Maria Sendang, Jatiningsih. Warga setempat dan para peziarah lain juga ikutserta dalam kegiatan yang dinisiasi oleh para Saudara Dina tersebut, mulai dari mengikuti perayaan ekaristi bersama hingga penanaman pohon buah.
Dalam homilinya, Pater Rikard, OFM kembali mengingatkan salah satu aspek penting dalam spiritulitas Fransiskus, yakni mencintai dan merawat Ibu Bumi tercinta. Bumi dan segala isinya adalah anugerah Allah yang sangat luar biasa, yang harus disyukuri, dicintai, dan dirawat oleh manusia. Manusia harus mencintai alam terlebih dahulu agar dapat merawatnya, agar tindakan manusia benar-benar tulus dan mengalir ke alam itu sendiri.
Rosario dan Fransiskan
Di samping beragam devosi dan wujud doa kepada Bunda Maria, doa Rosario menjadi yang paling populer, dan pada kesempatan istimewa ini para saudara memanfaatkannya dengan mendoakan rosario. Sosok Bunda Maria yang dijadikan sebagai pelindung persaudaraan semakin memperjelas hubungan rohani para Fransiskan dengan Bunda Maria. Maka dari itu, Rosario menjadi lambang cinta dan ketulusan dari para saudara atas perlindungan Bunda Maria. Tidak hanya melalui Rosario, dalam tradisi Fransiskan di Indonesia, devosi kepada Santa Perawan Maria pun dipelihara melalui doa “Salam Kepada Santa Perawan Maria” yang selalu didengungkan oleh para Fransiskan pada setiap Sabtu malam.
Setelah berdoa rosario, merayakan ekaristi, dan menanam pohon buah secara bersama, tibalah saat bagi para saudara untuk menikmati keindahan alam tempat ziarah Jatiningsih. Gua Maria Jatiningsih sendiri masih memiliki keadaan alam yang luar biasa nyaman dan indah. Gua ini bisa dikatakan masih berada di kawasan pedesaan, sehingga tidak heran bila udaranya sejuk dan “adem”. Para saudara mengabadikan momen istimewa ini dengan cara mengambil gambar bersama. Tidak terbilang betapa senang dan bahagianya para saudara atas rahmat kesempatan ziarah ini.
Kebersamaan ziarah di Gua Maria Jatiningsih ini diakhiri dengan santap siang bersama dengan menu makanan yang disediakan oleh para saudara postulan dan saudara muda. Setelah cukup menguras tenaga dengan beragam kegiatan, tepatnya pukul 12:15 WIB, para saudara bergerak pulang kembali ke biara tercinta, BITORA. Berbeda dengan perjalanan pergi, kali ini para saudara yang menggunakan sepeda dihadapkan dengan kondisi yang lebih ekstrim. Teriknya siang perlahan-lahan mulai memperlambat dayungan sepeda para saudara. Namun, berjalan lambat bukan berarti mundur, para saudara pun dengan sisa-sisa tenaga tetap melaju pulang ke peraduannya yang tercinta, BITORA manise. Bagi para saudara BITORA (Biara St. Bonaventura), sepeda dan kebersamaan merupakan dua hal yang saling melengkapi dan membahagiakan. Waktu untuk bersepeda menjadi kesempatan untuk memupuk dan merajut kebersamaan dan persaudaraan ala Fransiskan yang menjadi spirit dari Bapak kita yang tercinta Santo Fransiskus Assisi. Pace e bene.
Sdr. Pedro Carlos Marsi (Postulant Yogyakarta)
Tinggalkan Komentar